Sepertinya saya harus bersykur atas anugerah ‘perbedaan’ yang diberikan Tuhan kepada saya. Rasanya perbedaan pola pikir, cara menghadapi masalah, dan sudut pandang membuat hidup ini menjadi lengkap dan lebih berwarna. Kreatif, menurut saya adalah suatu pola pikir baru yang aplikasinya dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Ada beberapa kisah orang kreatif yang saya pernah temui dalam hidup saya, berikut kisahnya :
Sebut saja Ade, adalah teman saya semenjak masa SMA. Ade adalah orang yang senang melakukan sesuatu yang baru. Ade tidak pernah berpikir mengenai kemampuannya, dia bisa melakukannya atau tidak, tapi Ade langsung melakukannya tanpa pikir panjang. Ade berpikir seperti itu karena Ade hanya mengharapkan kesenangan dari sesuatu yang baru dia lakukan. Pada suatu saat, Ade ingin mengikuti lomba puisi yang diadakan di sekolah saya, walaupun Ade tahu bahwa dia tidak pernah mengikuti lomba puisi pada sebelumnya. Dia juga tidak terlalu biasa dalam membuat puisi. Satu-satunya alasan Ade mengikuti lomba puisi itu hanya untuk sekedar mencari kesenangan dalam membuat puisi. Ade pun langsung berpikir keras dan membuat puisi yang menurut dia bagus. Setelah puisinya jadi, Ade meminta saya untuk menilai puisi tersebut sebelum didaftarkan dalam lomba puisi tersebut. Saya kaget setelah menerima puisi tersebut, ternyata puisi tersebut tentang ….Rujak. (0.0) Kalau tidak salah isinya seperti ini.
Sang Pelipur Dahaga, Rujak
Ditengah hawa siang yang terik
Sang Surya Sedang Asyik membagi Hawanya yang Panas
Saat Ini, para penghuni bumi hanya bisa menahan diri
Di tengah gersangnya dahaga
Di tengah kerinduan kesejukan
Ah…
Berbahagialah Kawan….
Pahlawan kita sudah datang!
Datang meredam semua kehausan kita!
Rujak telah Datang!
Rujakkk……
Semua Berteriak Kegirangan….
Hati kami mulai tenang
Berkonsentrasi
Mencoba menikmati dirimu…
Rujak Sayang…
Ah….
Hawamu yang dingin sudah menenangkan kondisiku yang kegerahan
Kuawali kasih sayang ini dengan menelanmu…
Ah….!
Begitu leganya…!
Aliran air dingin dengan rasa manis dan pedas membuat kegerahan ini mereda…
Rujak Sayang…
Hari ini kau begitu lengkap dengan buah-buahan yang siap untuk melayaniku
Dan…
Aku kembali berkonsenterasi…
OH….!
Keempukan dan kemanisan sang nanas menggeliat dalam mulutku
Hummm…..!
Campuran mangga muda dan Kedondong ini melengkapi Pesona rasa hari ini
Tentunya dilengkapi dengan airmu yang dingin, pedas, dan manis…
Rujak…!
Aku tidak tahan lagi…!
Akan kukeluarkan semua kemampuanku untuk kasih sayangmu pada hari ini juga!
Dan….
Semua berakhir…
Mungkin benar…tidak ada keindahan yang abadi…
Tapi ketahuilah…
Aku akan bertemu denganmu lagi…
Di saat Tuhan Memutuskan kita untuk saling bertemu lagi…
Terima kasih Tuhan, atas pertemuannya dengan hari ini
Terima kasih Rujak,
atas kasih sayangmu siang ini….
Jujur aja, saya langsung ‘ngakak’(tertawa terpingkal-pingkal-pen) baca puisi Ade. Entah berlebihan atau apa tapi saya pribadi suka puisinya. Mengingat puisinya pun selalu membuat saya ingin makan rujak :D. Alhamdulillah, ternyata para juri lomba puisi sependapat dengan saya. Puisi Ade mendapatkan juara ke dua, mengalahkan puisi-puisi yang menurut saya tingkat tinggi karena mereka banyak menggunakan kata-kata yang saya juga baru tahu bahwa kata-kata itu adalah bahasa Indonesia. Saya ingat dengan komentar salah satu juri lomba, “Puisi yang paling jujur yang pernah saya baca”. Hahaha, saya juga setuju pak!


Itu sebagian kecil dari pengalaman saya mengenai teman-teman kreatif saya. Dari mereka saya belajar bahwa tekanan hidup, keterbatasan sumber daya dan penilaian negatif orang lain bukanlah penentu kekreatifan kita, tetapi kemauan keras, keinginan yang kuat untuk hidup yang lebih baik dan keikhlasan lah penentunya.