Jumat, 18 Mei 2012

Sebuah Opini tentang Antinatalism


Jarang-jarang memang saya menulis tentang pemikiran, namun entah kenapa, di suatu waktu saya malah tergelitik dengan forum yang membahas pemikiran tentang Antinatalism. Antinatalism terbentuk dari dua kata yaitu 'anti' dan 'natalism'. Natalism artinya kelahiran.Secara sederhana Antinatalism adalah pemikiran yang menganggap bahwa kelahiran manusia memiliki dampak negatif.

Dari permukaan, para pemuka Antinatalism berpikiran bahwa kelahiran manusia yang berlebihan akan membawa dampak negatif bila tidak didukung oleh fasilitas yang memadai. Negara India dan Cina mulai menjalankan program yang pada intinya mengurangi dampak negatif dari populasi yang berlebihan.

Dari opini permukaan tersebut saya setuju. Banyaknya sumber daya manusia bila tidak didukung oleh fasilitas yang memadai akan menjadi beban bagi negara atau paling tidak manusia lain yang tinggal di daerah tersebut. Namun setelah saya iseng-iseng membaca, ternyata pemikiran Antinatalism ini didasari oleh suatu pemikiran, yang menurut saya, "waw". Berikut saya kutip argumen dari David Benatar, seorang filosof dari abad 20-21 yang mendukung Antinatalism :

" The argument goes thusly: It is true that to bring a life into this world is to guarantee that it will suffer, at some point, in some way. It is not true that to bring forth a life into this world is to guarantee that it will experience joy and happiness, at some point, and in some way."
 
" To add, the argument also states that it is impossible to totally get rid of human suffering without ending all human life as we know it. Since killing each other and genocide is only an addition to suffering, we should focus on making our current lives as joyful and blissful as possible, while ensuring no further generations are to be submit to the suffering guaranteed in life."

" Hence, if one is to accept the position that suffering is to be avoided, it is immoral to bring forth a life into this world."

Secara garis besar, David berpendapat bahwa pemikiran Antinatalism dapat 'menghilangkan' resiko penderitaan yang akan dialami generasi-generasi yang baru lahir dengan cara menanamkan pemikiran bahwa melahirkan anak adalah 'tindakan immoral yang tidak boleh dilakukan setiap manusia'. Di sisi lain, manusia-manusia yang masih hidup dapat menikmati kemakmuran dunia ini tanpa perlu berbagi lagi dengan generasi baru. Dia juga berpendapat bahwa pembunuhan atau pembantaian, yang tujuannya untuk mengurangi populasi yang berlebihan, hanya menambah 'penderitaan' manusia yang hidup saat ini. Jadi, tidak melahirkan anak adalah satu-satunya opsi yang bisa dilakukan, menurut David.

Hal pertama yang saya pikirkan saat membaca argumen David adalah..." Pemikiran pemusnahan manusia secara halus". Diluar itu, satu hal yang tidak bisa saya terima adalah ide 'menghindari resiko penderitaan'. Saya yakin, setiap manusia yang lahir memiliki jalan dan ceritanya sendiri dalam menjalani kehidupan ini, yang tak akan bisa lepas dari penderitaan tentunya.

Saya menghargai pemikiran Natalism, yang sebagian besar didukung oleh kalangan agama, bahwa kelahiran generasi baru amat diperlukan karena dunia 'selalu' membutuhkan potensi-potensi baru untuk menjaga dunia ini. Namun bila hal ini tidak didukung oleh kesiapan generasi terdahulu untuk mendukung generasi baru, tentunya hal ini akan menjadi beban bagi keduanya.

Sebagai penutup, 'penderitaan' atau 'ujian kehidupan' tidak akan lepas dari kehidupan manusia. Tidak wajar bagi kita bila mengkambinghitamkan generasi baru sebagai dalangnya. Sudah saatnya bagi generasi terdahulu untuk mempersiapkan berbagai penunjang sehingga generasi baru dapat menjadi solusi bagi semua permasalahan di dunia. Saya yakin Tuhan menciptakan dunia untuk manusia sudah dilengkapi berbagai kebutuhannya selama manusia bisa mengelolanya. Roda kehidupan terus berputar, hingga Tuhan menentukan sendiri kapan roda itu berhenti berputar.


Minggu, 12 Juni 2011

Kisah Orang Kreatif Di Sekitarku

                Sepertinya saya harus bersykur atas anugerah ‘perbedaan’ yang diberikan Tuhan kepada saya. Rasanya perbedaan pola pikir, cara menghadapi masalah, dan sudut pandang membuat hidup ini menjadi lengkap dan lebih berwarna. Kreatif, menurut saya adalah suatu pola pikir baru yang aplikasinya dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Ada beberapa kisah orang kreatif yang saya pernah temui dalam hidup saya, berikut kisahnya :
                Sebut saja Ade, adalah teman saya semenjak masa SMA. Ade adalah orang yang senang melakukan sesuatu yang baru. Ade tidak pernah berpikir mengenai kemampuannya, dia bisa melakukannya atau tidak, tapi Ade langsung melakukannya tanpa pikir panjang. Ade berpikir seperti itu karena Ade hanya mengharapkan kesenangan dari sesuatu yang baru dia lakukan. Pada suatu saat, Ade ingin mengikuti lomba puisi yang diadakan di sekolah saya, walaupun Ade tahu bahwa dia tidak pernah mengikuti lomba puisi pada sebelumnya. Dia juga tidak terlalu biasa dalam membuat puisi. Satu-satunya alasan Ade mengikuti lomba puisi itu hanya untuk sekedar mencari kesenangan dalam membuat puisi. Ade pun langsung berpikir keras dan membuat puisi yang menurut dia bagus. Setelah puisinya jadi, Ade meminta saya untuk menilai puisi tersebut sebelum didaftarkan dalam lomba puisi tersebut. Saya kaget setelah menerima puisi tersebut, ternyata puisi tersebut tentang ….Rujak. (0.0) Kalau tidak salah isinya seperti ini.
Sang Pelipur Dahaga, Rujak

Ditengah hawa siang yang terik
Sang Surya Sedang Asyik membagi Hawanya yang Panas
Saat Ini, para penghuni bumi hanya bisa menahan diri
Di tengah gersangnya dahaga
Di tengah kerinduan kesejukan
Ah…
Berbahagialah Kawan….
Pahlawan kita sudah datang!
Datang meredam semua kehausan kita!
Rujak telah Datang!
                                                Rujakkk……
                                                Semua Berteriak Kegirangan….
                                                Hati kami mulai tenang
                                                Berkonsentrasi
                                                Mencoba menikmati dirimu…
                                                Rujak Sayang…
Ah….
Hawamu yang dingin sudah menenangkan kondisiku yang kegerahan
Kuawali kasih sayang ini dengan menelanmu…
Ah….!
Begitu leganya…!
Aliran air dingin dengan rasa manis dan pedas membuat kegerahan ini mereda…
Rujak Sayang…
Hari ini kau begitu lengkap dengan buah-buahan yang siap untuk melayaniku
Dan…
Aku kembali berkonsenterasi…
                                OH….!
                                Keempukan dan kemanisan sang nanas menggeliat dalam mulutku
                                Hummm…..!
                                Campuran mangga muda dan Kedondong ini melengkapi Pesona rasa hari ini
                                Tentunya dilengkapi dengan airmu yang dingin, pedas, dan manis…
                                Rujak…!
                                Aku tidak tahan lagi…!
                               Akan kukeluarkan semua kemampuanku untuk kasih sayangmu pada hari ini juga!
Dan….
Semua berakhir…
Mungkin benar…tidak ada keindahan yang abadi…
Tapi ketahuilah…
Aku akan bertemu denganmu lagi…
Di saat Tuhan Memutuskan kita untuk saling bertemu lagi…
Terima kasih Tuhan, atas pertemuannya dengan hari ini
Terima kasih Rujak,
 atas kasih sayangmu siang ini….

                Jujur aja, saya langsung ‘ngakak’(tertawa terpingkal-pingkal-pen) baca puisi Ade. Entah berlebihan atau apa tapi saya pribadi suka puisinya. Mengingat puisinya pun selalu membuat saya ingin makan rujak :D. Alhamdulillah, ternyata para juri lomba puisi sependapat dengan saya. Puisi Ade mendapatkan juara ke dua, mengalahkan puisi-puisi yang menurut saya tingkat tinggi karena mereka banyak menggunakan kata-kata yang saya juga baru tahu bahwa kata-kata itu adalah bahasa Indonesia. Saya ingat dengan komentar salah satu juri lomba, “Puisi yang paling jujur yang pernah saya baca”. Hahaha, saya juga setuju pak!
                Ada lagi kisah kreatif tentang tetangga saya, sebut saja Bu Mawar. Bu Mawar terkenal dengan ‘pemanfaatan penuh sumber daya yang dia miliki’ atau dengan kata lain kehematannya. Sebagai ibu tumah tangga punya banyak cara untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangganya dengan penuh efisiensi. Dulu saya pernah melihat beliau sedang  menyeterika pakaiannya dengan cara yang unik. Ya, beliau menyeterika pakaiannya bukan dengan setrika tapi dengan panci berisi air yang mendidih. Sepertinya panci tersebut baru saja diangkat dari kompor. Beliau beralasan saat itu setrika sedang rusak dan belum ada biaya untuk membeli setrika baru. Mungkin setrika dengan ‘panci panas’ cukup efektif selama kita lihai menggunakannya, soalnya kalau belum ahli, air panas dalam panci bisa tercecer kemana-mana. Panas! XD
                Satu lagi kisah tentang teman saya, sebut saja Budi. Budi pernah bercerita kepada saya kalau dia ingin badannya kekar dan perkasa, maklum badannya kurus :p. Sayangnya dia tidak mampu kalau harus ikut fitness di sasana olahraga, biayanya cukup mahal katanya. Solusi kreatifnya, dia kerja paruh waktu di toko refill aqua. Dia bertugas mengantar aqua galon ke rumah-rumah pelanggannya, atau mengangkut aqua-aqua galon dari supplier ke gudang toko. Alhasil, dengan kerja kerasnya mengangkut berbagai aqua galon dari pagi sampai sore selama tiga bulan, badannya sudah terlihat kekar. Tidak hanya itu, Budi  juga dibayar atas kerja kerasnya. Cerdas! 
                Itu sebagian kecil dari pengalaman saya mengenai teman-teman kreatif saya. Dari mereka saya belajar bahwa tekanan hidup, keterbatasan sumber daya dan penilaian negatif orang lain bukanlah penentu kekreatifan kita, tetapi kemauan keras, keinginan yang kuat untuk hidup yang lebih baik dan keikhlasan lah penentunya.
               

Minggu, 24 April 2011

Please Identify Yourself, Ryan

.

                Oke, tulisan kali ini akan menggambarkan siapa sebenarnya Ryan Mohammad ini. Karena udah belajar Kapita Selekta Pengembangan  Kepribadian, aku mencoba mengidentifikasi diriku dengan teori psikoanalisa Sigmund Freud. Menurut Bang Freud, kepribadian manusia dibagi jadi tiga bagian, ID, Ego dan Superego. Sederhananya, ID merupakan bentuk kerpibadian yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman masa lalu yang mengutamakan kesenangan pribadi. Superego serupa dengan ID, namun superego terbentuk karena mengutamakan norma-norma lingkungan atau sosial. Ego adalah mediator keduanya karena ego menekankan pada prinsip Realitas.Nah, inilah ID, Superego, dan Egoku :
ID
                Being a Hero mungkin merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan ID ku. Kenapa begitu? Dulu waktu aku kecil, aku orangnya rumahan, jarang keluar rumah maksudnya. Jadi, kalo udah selesai sekolah, ya udah nonton TV berjam-jam. Ada beberapa hal yang membuatku jadi anak rumahan. Pertama orang tua, orang tua selalu membatasi pergaulanku dan juga jam bermainku. Mereka juga selalu memperingatiku untuk lebih hati-hati dalam memilih teman. Bisa dibilang, waktu dulu teman-temanku adalah teman-teman yang udah diseleksi dulu ma ortuku. Menurutku itu wajar, ortuku dulu masih bekerja jadi mereka khawatir karena kurangnya pengawasan dari mereka. Walaupun kupikir ada cara yang lebih baik sih. Kedua adalah pola pikirku yang masih kanak-kanak. Karena aku paling males kalo udah dimarahin ortu soal bermain, aku lebih memilih diam di rumah dan nonton. Nah, yang aku tonton waktu itu film kartun yang heroik-heroik. Aku ga begitu tertarik ama sinetron-sinetron (dulu ada sinteron Tersanjung, sampe 6 season, weeew), entahlah ga pernah nangkep juga maksud ceritanya. Kartun-kartun heroik…Ahh…kalo udah nonton itu rasanya udah di dunia lain. Setiap aku nonton pasti aku ga bisa diem, sering banget aku berpose kayak tokoh utama, bahkan praktek ‘jurus-jurus’ nya pun udah pernah, ampe2 perabotan di rumah jadi korban. Aku ga pernah abis pikir liat karakter tokoh utamanya, menyelamatkan orang, mengorbankan kepentingan dirinya, berbuat baik pada siapa saja dan melupakannya begitu saja, kemudian pergi tanpa mengharapkan apa-apa. Keren Gilak! Selain itu aku juga senang bermain game. Kepuasanku terpenuhi rasanya karena didalam game kau adalah tokoh utamanya dan kau adalah penyelamatnya! You’re the man! Aku bisa menghabiskan berjam-jam hanya untuk menyelesaikan game-game tertentu.
SuperEgo
                Lingkungan sosial di sekitar rumahku biasa aja, maksudnya lingkunganku tidak terlalu menonjolkan suatu kekhasan, atau mungkin aku saja yang jarang keluar dan memperhatikan lingkungan sosial rumahku.  Untuk lingkungan sosial di daerahku, hmm…hedonis mungkin? Yah bukan dalam artian negatif. Lingkungan sosial di daerahku selalu menerapkan norma diselingi canda. Contohnya, kalo kami mengkritik suatu tindakan pelanggaran norma, kami biasanya melemparkan lelucon sarkastis. Hal ini pun berlaku kalo kita mau mengingatkan seseorang  untuk melakukan suatu norma yang berlaku. Kalo kau langsung mengkonfrontir mereka dengan peringatan-peringatan keras, yah kemungkinan besar kau ditinggalkan dan mereka tidak berubah pendirian.  Tapi untuk lingkungan di sekitar kuliah, hmm….idealis lebih cocok kurasa. Yah, mungkin karena sudah mahasiswa yang nantinya bekerja untuk pemerintahan, kurasa wajar, nuansa mahasiswa idealis bakal terlihat disini. Belum lagi peraturan-peraturannya yang ketat. Selain itu suasana agama disini begitu kuat. Mungkin itulah sumber idealis mereka. Debat, Slogan-slogan integritas, peringatan-peringatan keras tanpa ba-bi-bu-be-bo sudah biasa disini. Well, itulah lingkungan-lingkungan sosial yang mempengaruhiku. Kadang untuk memenuhi ID ku, aku tertahan oleh beberapa rambu-rambu yang tertanam di lingkungan sosialku, yang kadang aku juga malas memikirkan rambu-rambu tersebut.
Ego
Yah, inilah sang mediator antara ID dan SupereEgoku. Karena egoku ini aku seringkali bersikap realistis, yah untuk jadi pahlawan di dunia nyata kau ga harus nyari jubah atau pedang pembela kebenaran untuk menumpas musuh-musuhmu seperti di film-film. Terhadap lingkunganku pun kepribadianku biasanya fleksibel, kadang humoris kadang serius kadang pendiem dan laen-laen. Egoku juga sering mengingatkanku untuk jangan terlalu lama ‘ngeden’ di rumah ato di kosan doang. Kadang Id ku udah terpenuhi hanya dengan nonton film atau maen game bagus, ampe-ampe lupa dunia luar lagi ada apa.
Itulah sekelumit tentangku, itu masih gambaran diriku dari pengalaman masa lalu hingga kini. Aku juga melakukan survey kecil tentang diriku dari teman-temanku. Sampelnya 2 teman masa SMA, dan 9 teman masa Kuliah. Yah, aku ambil sampel masa kuliah lebih banyak karena menurutku sampelnya bisa lebih menggambarkan diriku yang sekarang.
Teman SMA :
-          Ryan adalah yang terbaik….
-          Serius, pendiam, rajin, (agak) mesum, nice
-          Jujur. (agak) males, cerdas
Teman Kuliah :
-          Nice, Humoris, Unpredictable, Pendiem, Lucu
-          Ryan itu elemen air, tenang dan bijak
-          Ramah, baik, enak diajak ngobrol
-          Cuek, nekat, tumbal, berani, gigih
-          Semangat, pendiem, kurang humoris, impresif, baik
-          Pendiem
-          Datar, friendly, sabar
-          Polos, lugu, baek, sensitif, terlalu pasrah
-          Alim, pendiem, agak introvert, enak diajak ngobrol, humoris

Jujur aja, aku senyum2 sendiri liat surveynya, ini pertama kalinya aku survey kaya gini dan hasilnya,hmmm….ternyata aku kepribadian yang ‘complicated’ en ga pasti. Hahaha.
Konsep Diri
Yak, ni juga salah satu pembahasan di pelajaran KSPK. Konsep diri idealku ada tiga, yaitu jujur, independen dan solutif. Ini bukan slogan kantor akuntan publik ko. Ini hasil pemikiranku setelah analisis ID, ego dan superegoku. Aku menempatkan jujur di posisi pertama. Simpel aja, sesuatu yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik. Suatu kebaikan kalo ga ada kejujurannya, yah…percuma kayaknya, dan aku sendiri ga puas(secara batiniah) kalo ga ada jujurnya. Independen, hmm…aku paling males kalo tindakanku, apapun itu, dipengaruhi orang. Yah rasanya ga bebas aja. Aku ingin semua yang kebaikan yang kulakukan itu dari pilihanku, baik-buruknya biar aku yang tanggulangi. Egois? Menurutku ini karena pengaruh ID ku yang kepengen berbuat baik ala hero-hero mulu. You can Blame Him. Terakhir solutif. Aku paling males kalo suatu masalah ditanggapi secara NATO (No Action Talk Only). Pembicaraan ato wacana ya seperlunya aja, masalah selesai saat ditindaki dengan cepat dan didasari dengan pembicaraan yang substantif dan solutif.
Yak itulah penjelasan singkat tentang diriku. Sebagai penutup, aku pernah nanyain sekali tentang diriku ke teman hidupku (ceileh...). Maksudnya teman hidup, dia udah kenal aku sejak 15 tahun yang lalu dan aku rasa dia sudah kenal luar dan dalam aku. Saat aku tanya tentang diriku, dia jawab :
“ Kamu itu orang baik. Kamu baik karena sedang nyariin ‘sesuatu’ yang kamu sendiri masih ga paham tentang apa yang kamu cariin itu. Tapi kamu hidup karena itu. Kamu seolah manusia dengan banyak topeng(dalam arti positif), yang bisa mengganti topeng-topengnya dimanapun kamu berada, Cuma untuk mencari ‘sesuatu’ itu. Kadang saat kamu bosan atau lelah ama pencarian kamu, kamu bisa menjadi pribadi yang penuh kebencian terhadap dunia, (bahkan Tuhan, mungkin?) Tapi sekali lagi, kamu emang ga bisa lepas dari pencarian itu. Karena pencarian makna hidup kamu adalah hidupmu. Bila kamu tidak mencarinya, kamu mati, secara psikologis...”
Wuih...sebagai informasi temen hidupku ini mahasiswa psikologi, jadi kalo omongannya agak substantif yah wajar.

Selasa, 19 April 2011

(Bukan) Three Musketeer

Pada suatu masa, di suatu kerajaan hiduplah seorang raja yang amat diktator. Semua peraturan berasal dari pemikirannya sendiri dan mutlak harus dipenuhi oleh rakyatnya, baik rakyat itu suka atau tidak suka. Rakyat tidak bisa berbuat apa-apa karena konsekuensi dari pembangkangan sekecil apapun adalah hukum pancung. Titik.

Di tengah ‘kedamaian’ semu akibat dari peraturan-peraturan Raja yang kurang adil bagi rakyatnya, munculah tiga pemuda yang mulai menanam bibit perlawanan terhadap Raja. Mereka pun mulai mempelopori berbagai gerakan pemberontakan di tengah masyarakat untuk melawan Raja. Sayangnya, harapan tidak semulus kenyataan. Dari salah satu gerakan pemberontakan, ada beberapa orang yang menjadi pengkhianat dan memberitahu Raja akan keberadaan para pemuda pelopor gerakan tersebut.

Raja yang mengetahuinya pun langsung naik pitam dan menyuruh seluruh pasukannya untuk mencari dan langsung memancung mereka di hadapan masyarakat banyak. Menyikapi hal tersebut, ketiga pemuda tersebut langsung lari dari kota untuk mengasingkan diri ke kota tetangga terlebih dahulu. Sialnya, di tengah pelarian mereka ketahuan oleh pasukan kerajaan.

Di tengah kepanikan dari kejaran pasukan kerajaan, ketiga pemuda tersebut memutuskan untuk bersembunyi di gua dekat kota. Gua tersebut amat besar, gelap dan dingin. Apa daya, mereka pun memutuskan bersembunyi disana sementara. Para pasukan kerajaan sebenarnya mengetahui bahwa ketiga pemuda tersebut ada didalam gua. Namun mereka memilih untuk menunggu di depan pintu masuk gua. Hanya ada dua pilihan bagi ketiga pemuda tersebut, menyerahkan diri ke pasukan kerajaan atau mati kelaparan di dalam gua.

“Hei para penghkianat Raja! Waktu kalian semakin sempit! Memohonlah pada Raja kami! Kami Siap membantu Kalian!” Teriak salah satu tentara kerajaan di mulut gua. Teriakan ini menjadi rutin selama seminggu ini.

“ Dasar tikus-tikus kerajaan! Mereka kira kita bisa luluh dengan tawaran manis seperti itu? “ kata salah seorang pemuda dengan nada berang.

“ Sudah seminggu kita bertahan di gua ini. Tidak ada makanan yang tersedia melainkan serangga-serangga yang aku sendiri tidak tahu apakah mereka layak dimakan atau tidak. Kita beruntung ada mata air kecil disini. Tapi sampai kapan kita bertahan…?” kata salah seorang pemuda dengan penuh pemikiran.

“ Hei! Ada apa dengan nada pesimismu itu?! Jangan bilang kau sudah bosan dengan perjuangan kita selama ini!” timpal pemuda tersebut dengan emosi.

“ Aku hanya bersikap realistis. Akhir-akhir ini aku berpikir…bagaimana kalau kita menyerahkan diri kepada Raja?”

“ Oh Silahkan! Terakhir kudengar orang yang memohon ampun pada raja kepalanya menggelinding di depan kakinya sambil ditertawai!”

“ Dengarkan aku dulu! Penyerahan diri kita ini hanya salah satu strategi untuk menipu raja! Kita punya pengaruh yang kuat di masyarakat kali ini, mungkin hal ini bisa kita negoisasikan dengan Raja!”

“ Bodoh! Kau ini tidak tahu hakikat perjuangan kita ya? Kita berjuang untuk melawan penindasan Raja! Aku tidak akan pernah setuju kalau aku harus menang melawan Raja dengan menjilatnya terlebih dahulu!

“ Ah, Kau dan idealismu yang muluk. Saat ini yang terpenting adalah posisi kita terlebih dahulu! Kita dibutuhkan untuk perjuangan ini!”

“Lalu, apa kata saudara-saudara perjuangan kita di kota saat ini?! Apa kau kira mereka akan memaafkan kita bila kita ketahuan menjilat raja?”

“ Aku ingin menang. Cara apapun akan kutempuh, ingat itu. Memangnya kau pikir ‘saudara-saudara’ seperjuangan kita memikirkan kita yang kepayahan selama seminggu ini tanpa makanan dan minuman yang layak hah?!”

Selama seminggu ini, perdebatan antar dua pemuda tersebut masih terdengar, walaupun dengan bahasa dan emosi yang berbeda. Namun, bisa dibilang hari ini adalah puncaknya. Ada satu hal yang menarik selama seminggu ini. Pemuda ketiga dari ketiga pemuda tersebut tidak banyak berdebat. Dia sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Hari pertama dia meraba-raba permukaan dinding gua, mencari permukaan dinding yang rawan untuk dihancurkan. Pada saat itu kedua pemuda temannya masih membantunya.

Hari Kedua, akhirnya para pemuda tersebut berhasil menemukan dinding permukaan gua yang rawan untuk dihancurkan. Mereka pun mulai mencari apapun yang ada untuk menghancurkan dinding tersebut. Hari demi hari berlalu, di tengah kegelapan, penat, tawaran tentara kerajaan dan tekanan mental yang begitu berat mereka terus mencoba menghancurkan dinding tersebut. Di hari ke 4 kedua pemuda mulai berpikir pesimis. Mereka berpikir bahwa dinding tersebut masih terlalu tebal, namun di tengah kegalauannya mereka terus mencoba.

Hari ke 5 adalah puncak kesabaran dua pemuda tersebut. Mereka mulai menyerah dan mulai berdebat atas tawaran tentara kerajaan. Sementara pemuda yang lain tetap konsisten dengan upayanya. Dia masih yakin akan usahanya.

Sekarang sudah mencapai hari ketujuh, kondisi emosi yang makin labil dan perdebatan yang makin sengit sudah memenuhi kedua pemuda tersebut.

“Cukup dengan semua ini! Kali ini aku akan menyerahkan diri pada raja! Aku akan mencoba strategiku!”

“Tunggu! Kau kira raja akan begitu saja meminta negoisasimu?! Bisa-bisa kau dipancung ditempat!”

“Aku sudah muak dengan perdebatan ini, sekarang kau pilih mau ikut aku atau menunggu ajalmu disini dengan idealisme konyolmu itu?!”

“ Lebih aku mati disini mempertahankan harga diriku. Kau boleh tetap menemaniku atau memilih kepalamu bergelinding di hadapan masyarakat banyak sesaat setelah kau keluar mulut gua!”

“Dasar keras ke—“

“Teman-Teman! Lihat ini!” teriak pemuda ketiga dengan riangnya yang dari tadi mencoba menghancurkan permukaan dinding gua yang rawan.

Ketiga pemuda tersebut kaget. Mereka melihat seberkas cahaya matahari masuk dari lubang kecil yang dibuat pemuda ketiga. Tanpa perintah, mereka pun mulai bersemangat mencoba menghancurkan dinding tersebut. Lubang tersebut makin membesar dan akhirnya mereka pun berhasil keluartanpa ketahuan pasukan kerajaan.

Indahnya biru langit, cerah dan hangatnya sinar matahari, semilir angin dan desiran rumput yang melegakan hati kembali mereka rasakan. Tubuh mereka serasa bebas, ada suatu kebahagiaan yang mendalam yang mereka rasakan setelah bertahan di gua tersebut selama seminggu.

Kedua pemuda yang semula berdebat sengit pun hanya menangis terharu dari kebebasan ini dan mulai berbaikan kembail, sedangkan pemuda ketiga hanya tersenyum simpul sambil memandang kerajaan.

“Wahai kawan, tanpa usaha dan keyakinanmu, tak mungkin aku bisa merasakan kebebasan yang indah ini. Maafkanlah sikap kami, kalau boleh tahu apa yang membuatmu begitu gigih kawan? Apakah kau begitu benci pada Raja sehingga memberikan kegigihan yang kuat?”

“ Aku mungkin membenci kediktatoran raja. Tapi bukan itu alasan utamaku. Saat aku mempelopori gerakan pemberontakan atau saat aku berusaha mencari jalan keluar di gua tersebut, pikiranku hanya satu. Aku sedang melawan diriku sendiri.”

“Melawan dirimu sendiri? Apa maksudmu kawan?”

“Ya, aku melawan semua pengaruh negatif yang menyerang diriku. Pengaruh negatifuntuk menyerah atas penindasan raja atau untuk memilih jalan pintas seperti memilih menyerah tanpa perlawanan atau bergabung melawan ketidakadilan dengan organisasi ketidakadilan. Bagiku, semua pengaruh negatif tersebut bebas menyerangku, namun keputusan untuk tetap menolaknya atau menerimanya mutlak ada di tangan dan pikiranku.”

Kedua pemuda tersebut tampak malu. Mereka pun kembali bertanya

“ Jadi kau pikir saat kita berhasil menggulingkan raja, kita bisa merdeka?”

“ Saat ini mungkin ya, tapi pengaruh negatif itu terus akan menyerang kita sampai akhir hayat nanti. Siapa tahu, saat kita berhasil menggulingkan raja, kita malah jadi ‘diktator’ selanjutnya?”

“ Ucapan yang hebat kawan. Kami mengakui kesalahan kami. Apa yang membuatmu begitu yakin dalam melawan pengaruh negatifmu itu?”

“ karena Aku yakin Tuhan tidak buta melihat perjuangan hamba-Nya dan dunia ini sudah diatur bahwa orang yang memilih jalan-Nya lah yang akan menang”. (mory)

*

Minggu, 03 April 2011

Tebak Kepribadian Enneagram Kamu

TipePenolong- kahKamu?

Seiring berkembangnya pengetahuan psikologi manusia, maka berbagai ilmu baru pun muncul, salah satunya adalah ilmu analisis kepribadian. Ilmu analisis keperibadian kini menjadi tren karena banyak dibutuhkan oleh organisasi-organisasi yang membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dari segi mentalnya atau individu-individu yang kesulitan dalam menilai kepribadiannya bila dilakukan sendiri. Ilmu analisis kepribadian ini banyak dikemukakan oleh berbagai ahli dengan teori-teorinya sendiri, salah satunya adalah Reene Baron dan Elizabeth Wagele dengan teori Enneagramnya. Menurut Teori Enneagram, kepribadian manusia terbagi menjadi Sembilan macam, yaitu perfeksionis, penolong, pengejar prestasi, romantis, pengamat, loyal, petualang, pejuang, dan pendamai. Masing-masing tipe berbeda dipengaruhi motivasinya sendiri yang memang berbeda-beda.

Nah, untuk kesempatan kali ini, kita akan membahas tipe kepribadian kedua menurut enneagram, yaitu tipe penolong. Tipe ini dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai serta untuk mengekspresikan perasaan postif mereka terhadap orang lain. Tipe dua cenderung bergantung, meski ketergantungan ditemukan pada semua tipe.Tipe dua ingin membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain, serta ingin terlihat menyenangkan, ceria dan penuh perhatian.

Hal-hal positif dari tipe dua

Hal-hal negative dari tipe dua

- Penyayang

- Hangat

- Mudah beradaptasi

- Murah Hati

- Antusias

- Penyayang

- Penuh perhatian

- Menghargai

- Pengertian Ekspresi

- Penuh basa-basi

- Terlalu penolong

- Mengumbar perasaan

- Suka mengatur

- Posesif

- Tidak tulus

- Manipulatif

- Histeris

Perlu diketahui bahwa hal-hal positif dan negative dari tipe dua bias muncul tergantung dari kondisi si tipe dua itu, apakah dia sedang stabil atau labil.

Berikut kuis kecil untuk menilai apakah kepribadianmu tipe dua atau bukan.Untuk mengikutinya, cukup menilai apakah setiap pernyataan dibawah benar apa adanya atau tidak. Butuh kejujuran dalam menjawabnya.

1. Saya memiliki kepribadian yang hangat dan ramah.

2. Saya memberikan pujian untuk menenteramkan orang lain dan membiarkan mereka tahu bahwa mereka istimewa bagi saya.

3. Sulit bagi saya untuk meminta apa yang saya butuhkan, atau bahkan sekedar mengetahuinya, jika saya bersama dengan orang lain.

4. Saya menyenangi persetujuan, penghargaan, pengakuan dan pujian.

5. Sulit bagi saya mengeksprepsikan perasaan-perasaan negatif secara frontal terhadap seseorang, tapi saya mengeluhkan hal tersebut pada orang lain.

6. Saya sangat menderita jika dikesampingkan atau dimanfaatkan, dan saya menghukumi sipelaku secara halus atau diam-diam.

7. Lebih nyaman bagi saya untuk member dibandingkan menerima.

8. Orang-orang menyukai antusiasme dan optimism saya.

9. Saya suka menolong orang lain dan sering kali menjadipihak yang pertama kali menawarkan.

10. Saya biasanya menjaga kontak mata dan mendengarkan dengan penuh perhatian dalam percakapan.

11. Saya pernah merasa lelah atau sakit karena mengurus orang lain.

12. Sebagian orang merasa saya terlalu emosional dan dramatis.

13. Kadang saya dimanfaatkan, tapi saya tidak menyadarinya.

14. Jika merasa labil dan rapuh, saya berusaha tidak menunjukannya.

15. Orang lain merasa nyaman mengungkapkan permasalahan mereka kepada saya.

16. Kadang saya merasa sangat kesepian.

17. Saya biasanya tahu apa yang dibutuhkan orang lain dan apa yang mereka rasakan.

18. Saya tahu bagaimana membuat orang menyukai saya.

19. Kadang saya merasa terjebak dan marah terhadap diri sendiri ketika sadar bahwa saya telah mengorbankan kesenangan saya demi kesenangan orang lain.

20. Saya senang merasa dibutuhkan dan membantu orang lain menjadi lebih sukses.

Bila jawabanmu atas pernyataan-pernyataan diatas benar lebih dari 80 %(16pernyataan) maka kamu termasuk tipe dua, Bila persentase jawaban mencapai 60-80% maka kamu ada kecenderungan tipe dua. Perlu diketahui juga, bila kamu sudah termasuk tipe dua maka kamu masih memiliki kecenderungan tipe lain, yaitu tipe satu dan tipe tiga.Namun tetap kepribadian tipe dua-mu yang masih dominan.Tipe dua yang sehat bersikap hangat, murah hati, empati dan penyayang.Mereka memiliki banyak mitra dan teman, tapi tetap mempertahankan kesenangan pribadi mereka dan menghargai diri sendiri.

Sebagai penutup, teori enneagram berpendapat bahwa kepribadian manusia hanya didasarkan motivasi tertentu, namun bagi umat muslim motivasi tidak hanya sebatas penentu kepribadian, tetapi merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan ridha Alloh. Semoga bermanfaat. (Mory)

Senin, 28 Maret 2011

Langkah-langkah Menuju Tuhan


Wenstein Chamberlein, sebuah hutan hujan tropis, dengan aliran sungai yang masih jernih , pepohonan yang tinggi yang menutupi hampir seluruh pandangan ke langit dengan hijaunya daun dan nuansa hijaunya yang membuat pikiran penat ini hilang. Keindahan ini dilengkapi dengan udara pagi yang segar bebas dari segala polutan kota, suara burung-burung dan hewan-hewan hutan lainnya yang melakukan aktivitasnya, dan terpaan-terpaan tipis sinar matahari yang menembus rindangnya pepohonan di hutan yang menghangatkan tubuh dan jiwa. Ternyata melakukan penelitian di hutan ini untuk melanjutkan tesis doktoralku tidak seburuk yang kubayangkan.

Dua minggu berdiam di hutan ini membuatku banyak berpikir tentang keindahan alamiah hutan ini. Keindahan warna hijaunya daun, birunya langit-langit di siang hari, beningnya air sungai, hitamnya malam yang diselimut peraknya bintang-bintang, perpaduan berbagai warna pada bulu-bulu burung dan lain-lain. Begitu hebatnya keindahan ini memancingku untuk bertanya...siapa pencipta keindahan ini?

Siapa? Aku mencoba duduk rileks di rumah hutanku sambil memandang langit dengan gumpalan-gumpalan awan yang menyerupai kapas, mencoba untuk membuka kembali lembar ingatanku tentang teori asal-usul kehidupan mahluk hidup. Charles Darwin pun muncul diingatanku. Di bukunya” The Origin of Species”, Darwin mengungkapkan bahwa mahluk hidup pertama adalah ‘sel tunggal’ yang nantinya akan membelah membentuk sel-sel mahluk hidup baru. Kenapa bisa menjadi banyak spesies? Darwin cuma mengungkapkan karena terjadinya seleksi alam- yang ia sebut sebagai evolusi-, dan seleksi alam ini pun terjadi secara kebetulan. Sel Tunggal yang dimaksud pun muncul secara kebetulan, dan sampai sekarang pun tidak dapat dibuktikan secara ilmiah tentang bagaimana munculnya sel tersebut. Bagaimana dengan alam semesta ini? Menurut mereka-yang sepaham dengan darwin- alam semesta ini ‘sudah ada dari dulu’ dengan waktu yang tidak terbatas dan karena tidak diciptakan maka tidak ada awal dan akhirnya.

Kebetulan? Aku tidak percaya dengan yang namanya kebetulan. Kalau aku berpikir bahwa segala keindahan alam ini disertai dengan komposisi warnanya yang sempurna terbentuk secara kebetulan, berpikir bahwa bumi dengan lapisan-lapisan atmosfer yang tiap tekanan udaranya berbeda sehingga membuat bumi memiliki lapisan ozon untuk melindungi isi bumi ini dari benda-benda luar angkasa yang akan menabraknya terbentuk secara kebetulan, bahwa unit terkecil penyusun manusia, yaitu sel, memiliki sistem yang luar biasa kompleks dan sudah memiliki berbagai fasilitas tertentu untuk melindungi tubuh kita dari berbagai bakteri dan virus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang terbentuk secara kebetulan, dan berpikir bahwa jarak antara bumi dengan matahari begitu ‘pasnya’ sehingga bila terlalu jauh atau dekat akan membakar atau membekukan bumi itu sendiri terbentuk secara kebetulan, aku pasti sudah gila.

Bagiku, bila alam semesta dengan segala isinya dan berbagai peristiwa hebat yang terjadi didalamnya terbentuk –sekonyong-konyong- dan aku hidup hanya untuk memenuhi kekosongan waktu atau sekedar ‘hidup’ di dunia ini. Itu lelucon yang paling konyol yang pernah ada

Dari sifat kritisku ini, Aku mengakui dan aku percaya bahwa sang perancang alam semesta ini ada-dengan kata lain- aku percaya bahwa Tuhan itu ada. Bagaimana dengan agama? Entahlah sudah terlalu banyak agama di bumi ini. Menurutku, agama hanyalah pandangan ideologis seseorang yang sudah mencapai suatu kesuksesan tertentu.

Tiba-tiba alunan musik dari handphoneku berbunyi. SMS yang datang memecah lamunanku di pagi ini. Namun kejutan kembali menghampiri saat kubaca isi SMS dari kakakku yang singkat “Dik, cepat pulang ke Indonesia, kakek meninggal.”

*

Rumah Kakek mulai penuh akan pelayat. Ada yang sedih, ada yang hanya termenung, yang merasa biasa saja, dan sebagainya. Aku termasuk yang termenung. Kakek adalah mantan pebisnis handal. Dia memiliki berbagai usaha dan sudah memliki berbagai cabang. Oleh karena itulah, kakek dengan kebaikan hati dan kedermawanannya, membiayai seluruh biaya kuliah S3 ku di Australia. “ Raihlah ilmu sebanyak mungkin, ada kebijakan di dalamnya”, itulah yang sering dikatakan kakek kepadaku.

Ada yang unik dalam pemakaman kakek. Kakek menulis dalam surat wasiatnya agar semua kekayaannya membayar semua utangnya terlebih dahulu dan sisanya diwariskan sesuai peraturan islam. Begitu juga pengurusan jenazahnya, beliau ingin jenazahnya dikafani seperti orang islam. Banyak pihak keluarga yang agak ‘berang’ dengan permintaan terakhir ini. Aku? Aku hanya berpikir, kenapa harus secara islam? Apakah beliau masuk agama islam?

Kakek, dengan segala pencapaian di dunia ini, pada akhirnya harus masuk pada tanah yang sempit dan ditinggalkan sendiri dari segala kekayaannya, dan beliau memilih mati dengan identitas seorang islam. Islam....ada apa di balik agama ini? Kakek adalah orang yang pintar lagi bijaksana dan aku mengakuinya. Pasti ada sesuatu yang menarik yang membuat kakek untuk memilih agama ini.

*

Kembali ke Australia, masih ada satu hal yang menggantung pikiranku, Islam. Sebelumnya, aku pernah bertanya pada beberapa temanku- yang bukan islam- mengenai islam. Jawabannya bermacam-macam. Islam adalah agama teroris. Islam adalah agama yang membolehkan penganutnya untuk membunuh orang lain yang tidak sepaham dengannya. Islam adalah agama yang didirikan oleh Muhammad dan ajarannya ditulis dalam kitab suci bernama Al Quran. Untuk dua jawaban sebelumnya, kupikir jawaban itu bersifat subjektif dan sepihak, yang membuatku penasaran adalah pernyataan ketiga. Muhammad? Siapa dia? Aku hanya pernah mendengarnya dari berita-berita, bahwa karikatur beliau amat dilarang keras oleh penganut agama islam dan sempat terjadi kemarahan oleh seluruh penganut agama islam di berbagai belahan dunia saat ada yang berani membuat karikatur beliau. Waw, sepertinya sosok Muhammad adalah sosok yang begitu hebat bagi penganut agama islam sehingga membuat mereka begitu bersatu untuk membelanya. Lagi-lagi, ini memancingku untuk menggali lebih dalam tentang Muhammad.

Whinston University, Aku kembali ke sini untuk membicarakan isi tesisku dengan dosen pembimbingku. Duduk di ruangan dosen, sambil menunggu kedatangan dosenku. Bosannya. Aku memang benci menunggu. Namun kebosanan itu segara terusir saat aku melihat Al-Quran terletak di meja dosen. Tanpa ragu, aku mengambilnya dan mulai membaca kitab buatan Muhammad ini.

“ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap pada tempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan. Begitulah yang diperbuat Alloh yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.....An Naml....ayat 77...Ini...tentang rotasi bumi kan?”

“Dean...?”

Aku terperanjat kaget. Aku terlalu keasyikan membaca sehingga tidak sadar dosenku sudah datang dari tadi, melihatku dari belakang.

“ Sepertinya ada yang ingin kau tanyakan?” katanya santai

“Sebenarnya...ada. Apakah Muhammad seorang ilmuan? “

“Bukan. Dia adalah seorang manusia mulia yang diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan kebenaran sejati. “

“Utusan Tuhan? Kebenaran sejati? Apa maksudnya? “

“ Dia diberikan tugas oleh Tuhan untuk menyampaikan kebenaran yang bersumber dari Tuhan langsung, dan segala kebenaran tersebut dikumpulkan dalam Al-Quran. Kitab yang kau pegang sekarang...”

“Bukankah Al-Quran buatan Muhammad?”

“Beliau buta huruf dan tidak bisa menulis. Dean...coba kau pikirkan...kitab ini sudah 1400 tahun yang lalu dimana saat itu ilmu pengetahuan belum berkembang. Namun kitab ini sudah menceritakan beberapa peristiwa alam yang baru terkuak di abad 20 ini. Bagaimana lagi Muhammad bisa tahu kalau yang memberi tahunya adalah Tuhan- sang pencipta alam ini.”

Badanku merinding. Aku begitu berdebar merasakan kesenangan yang begitu hebat ini, mengetahui ada suatu kitab yang memuat ilmu-ilmu pengetahuan bersumber dari Tuhan, yang kebenarannya mutlak.

“...bagi kami, muslim, mengakui kebesaran-kebesaran Alloh dengan mencarinya di seluruh alam semesta ini adalah suatu kewajiban. Mengajarkannya pada seluruh manusia pun adalah suatu kewajiban.” Kata Dosenku agak perlahan.

“Kewajiban? Apakah itu perintah dari Tuhan?”

“Ya, itu seharusnya tugas kita semua sebagai ciptaan-Nya. Bagi kami hidup tidak hanya sekali saja di dunia ini. Saat kami meninggal nanti, kami akan dipertemukan dengan Alloh dan akan diberikan suatu kenikmatan abadi apabila kami telah melaksanakan perintah Alloh. Kau tahu Dean...? hidup tidak hanya belajar akademis untuk mendapatkan berbagai gelar, mencari pekerjaan, berkeluarga, memiliki cucu, dan akhirnya meninggal dunia. Ada tugas mulia dari Alloh untuk kita semua...inti dari tugas itu cukup sederhana...membuat kehidupan di dunia ini menjadi lebih baik sesuai yang diajarkan Alloh. ”

Hatiku rasanya meledak, bahagia, mendengar semua kenyataan ini. Akhirnya aku mengerti kenapa Kakek meninggal dengan identitas seorang muslim. Karena islam adalah agama yang mulia.

“ Tuan Yusuf, bisakah kau memberitahuku lebih dalam mengenai islam?” tanyaku

“ Dengan senang hati Dean, hmm....apakah dengan ini kau mengakui bahwa adanya Alloh, Tuhan yang Maha Esa dan Muhammad adalah utusan Tuhan yang Maha Esa?”

“Ya! Aku mengakuinya!” (mory)