Jumat, 18 Mei 2012

Sebuah Opini tentang Antinatalism


Jarang-jarang memang saya menulis tentang pemikiran, namun entah kenapa, di suatu waktu saya malah tergelitik dengan forum yang membahas pemikiran tentang Antinatalism. Antinatalism terbentuk dari dua kata yaitu 'anti' dan 'natalism'. Natalism artinya kelahiran.Secara sederhana Antinatalism adalah pemikiran yang menganggap bahwa kelahiran manusia memiliki dampak negatif.

Dari permukaan, para pemuka Antinatalism berpikiran bahwa kelahiran manusia yang berlebihan akan membawa dampak negatif bila tidak didukung oleh fasilitas yang memadai. Negara India dan Cina mulai menjalankan program yang pada intinya mengurangi dampak negatif dari populasi yang berlebihan.

Dari opini permukaan tersebut saya setuju. Banyaknya sumber daya manusia bila tidak didukung oleh fasilitas yang memadai akan menjadi beban bagi negara atau paling tidak manusia lain yang tinggal di daerah tersebut. Namun setelah saya iseng-iseng membaca, ternyata pemikiran Antinatalism ini didasari oleh suatu pemikiran, yang menurut saya, "waw". Berikut saya kutip argumen dari David Benatar, seorang filosof dari abad 20-21 yang mendukung Antinatalism :

" The argument goes thusly: It is true that to bring a life into this world is to guarantee that it will suffer, at some point, in some way. It is not true that to bring forth a life into this world is to guarantee that it will experience joy and happiness, at some point, and in some way."
 
" To add, the argument also states that it is impossible to totally get rid of human suffering without ending all human life as we know it. Since killing each other and genocide is only an addition to suffering, we should focus on making our current lives as joyful and blissful as possible, while ensuring no further generations are to be submit to the suffering guaranteed in life."

" Hence, if one is to accept the position that suffering is to be avoided, it is immoral to bring forth a life into this world."

Secara garis besar, David berpendapat bahwa pemikiran Antinatalism dapat 'menghilangkan' resiko penderitaan yang akan dialami generasi-generasi yang baru lahir dengan cara menanamkan pemikiran bahwa melahirkan anak adalah 'tindakan immoral yang tidak boleh dilakukan setiap manusia'. Di sisi lain, manusia-manusia yang masih hidup dapat menikmati kemakmuran dunia ini tanpa perlu berbagi lagi dengan generasi baru. Dia juga berpendapat bahwa pembunuhan atau pembantaian, yang tujuannya untuk mengurangi populasi yang berlebihan, hanya menambah 'penderitaan' manusia yang hidup saat ini. Jadi, tidak melahirkan anak adalah satu-satunya opsi yang bisa dilakukan, menurut David.

Hal pertama yang saya pikirkan saat membaca argumen David adalah..." Pemikiran pemusnahan manusia secara halus". Diluar itu, satu hal yang tidak bisa saya terima adalah ide 'menghindari resiko penderitaan'. Saya yakin, setiap manusia yang lahir memiliki jalan dan ceritanya sendiri dalam menjalani kehidupan ini, yang tak akan bisa lepas dari penderitaan tentunya.

Saya menghargai pemikiran Natalism, yang sebagian besar didukung oleh kalangan agama, bahwa kelahiran generasi baru amat diperlukan karena dunia 'selalu' membutuhkan potensi-potensi baru untuk menjaga dunia ini. Namun bila hal ini tidak didukung oleh kesiapan generasi terdahulu untuk mendukung generasi baru, tentunya hal ini akan menjadi beban bagi keduanya.

Sebagai penutup, 'penderitaan' atau 'ujian kehidupan' tidak akan lepas dari kehidupan manusia. Tidak wajar bagi kita bila mengkambinghitamkan generasi baru sebagai dalangnya. Sudah saatnya bagi generasi terdahulu untuk mempersiapkan berbagai penunjang sehingga generasi baru dapat menjadi solusi bagi semua permasalahan di dunia. Saya yakin Tuhan menciptakan dunia untuk manusia sudah dilengkapi berbagai kebutuhannya selama manusia bisa mengelolanya. Roda kehidupan terus berputar, hingga Tuhan menentukan sendiri kapan roda itu berhenti berputar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar