Minggu, 24 April 2011
Please Identify Yourself, Ryan
Selasa, 19 April 2011
(Bukan) Three Musketeer
Pada suatu masa, di suatu kerajaan hiduplah seorang raja yang amat diktator. Semua peraturan berasal dari pemikirannya sendiri dan mutlak harus dipenuhi oleh rakyatnya, baik rakyat itu suka atau tidak suka. Rakyat tidak bisa berbuat apa-apa karena konsekuensi dari pembangkangan sekecil apapun adalah hukum pancung. Titik.
Di tengah ‘kedamaian’ semu akibat dari peraturan-peraturan Raja yang kurang adil bagi rakyatnya, munculah tiga pemuda yang mulai menanam bibit perlawanan terhadap Raja. Mereka pun mulai mempelopori berbagai gerakan pemberontakan di tengah masyarakat untuk melawan Raja. Sayangnya, harapan tidak semulus kenyataan. Dari salah satu gerakan pemberontakan, ada beberapa orang yang menjadi pengkhianat dan memberitahu Raja akan keberadaan para pemuda pelopor gerakan tersebut.
Raja yang mengetahuinya pun langsung naik pitam dan menyuruh seluruh pasukannya untuk mencari dan langsung memancung mereka di hadapan masyarakat banyak. Menyikapi hal tersebut, ketiga pemuda tersebut langsung lari dari kota untuk mengasingkan diri ke kota tetangga terlebih dahulu. Sialnya, di tengah pelarian mereka ketahuan oleh pasukan kerajaan.
Di tengah kepanikan dari kejaran pasukan kerajaan, ketiga pemuda tersebut memutuskan untuk bersembunyi di gua dekat kota. Gua tersebut amat besar, gelap dan dingin. Apa daya, mereka pun memutuskan bersembunyi disana sementara. Para pasukan kerajaan sebenarnya mengetahui bahwa ketiga pemuda tersebut ada didalam gua. Namun mereka memilih untuk menunggu di depan pintu masuk gua. Hanya ada dua pilihan bagi ketiga pemuda tersebut, menyerahkan diri ke pasukan kerajaan atau mati kelaparan di dalam gua.
“Hei para penghkianat Raja! Waktu kalian semakin sempit! Memohonlah pada Raja kami! Kami Siap membantu Kalian!” Teriak salah satu tentara kerajaan di mulut gua. Teriakan ini menjadi rutin selama seminggu ini.
“ Dasar tikus-tikus kerajaan! Mereka kira kita bisa luluh dengan tawaran manis seperti itu? “ kata salah seorang pemuda dengan nada berang.
“ Sudah seminggu kita bertahan di gua ini. Tidak ada makanan yang tersedia melainkan serangga-serangga yang aku sendiri tidak tahu apakah mereka layak dimakan atau tidak. Kita beruntung ada mata air kecil disini. Tapi sampai kapan kita bertahan…?” kata salah seorang pemuda dengan penuh pemikiran.
“ Hei! Ada apa dengan nada pesimismu itu?! Jangan bilang kau sudah bosan dengan perjuangan kita selama ini!” timpal pemuda tersebut dengan emosi.
“ Aku hanya bersikap realistis. Akhir-akhir ini aku berpikir…bagaimana kalau kita menyerahkan diri kepada Raja?”
“ Oh Silahkan! Terakhir kudengar orang yang memohon ampun pada raja kepalanya menggelinding di depan kakinya sambil ditertawai!”
“ Dengarkan aku dulu! Penyerahan diri kita ini hanya salah satu strategi untuk menipu raja! Kita punya pengaruh yang kuat di masyarakat kali ini, mungkin hal ini bisa kita negoisasikan dengan Raja!”
“ Bodoh! Kau ini tidak tahu hakikat perjuangan kita ya? Kita berjuang untuk melawan penindasan Raja! Aku tidak akan pernah setuju kalau aku harus menang melawan Raja dengan menjilatnya terlebih dahulu!
“ Ah, Kau dan idealismu yang muluk. Saat ini yang terpenting adalah posisi kita terlebih dahulu! Kita dibutuhkan untuk perjuangan ini!”
“Lalu, apa kata saudara-saudara perjuangan kita di kota saat ini?! Apa kau kira mereka akan memaafkan kita bila kita ketahuan menjilat raja?”
“ Aku ingin menang. Cara apapun akan kutempuh, ingat itu. Memangnya kau pikir ‘saudara-saudara’ seperjuangan kita memikirkan kita yang kepayahan selama seminggu ini tanpa makanan dan minuman yang layak hah?!”
Selama seminggu ini, perdebatan antar dua pemuda tersebut masih terdengar, walaupun dengan bahasa dan emosi yang berbeda. Namun, bisa dibilang hari ini adalah puncaknya. Ada satu hal yang menarik selama seminggu ini. Pemuda ketiga dari ketiga pemuda tersebut tidak banyak berdebat. Dia sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Hari pertama dia meraba-raba permukaan dinding gua, mencari permukaan dinding yang rawan untuk dihancurkan. Pada saat itu kedua pemuda temannya masih membantunya.
Hari Kedua, akhirnya para pemuda tersebut berhasil menemukan dinding permukaan gua yang rawan untuk dihancurkan. Mereka pun mulai mencari apapun yang ada untuk menghancurkan dinding tersebut. Hari demi hari berlalu, di tengah kegelapan, penat, tawaran tentara kerajaan dan tekanan mental yang begitu berat mereka terus mencoba menghancurkan dinding tersebut. Di hari ke 4 kedua pemuda mulai berpikir pesimis. Mereka berpikir bahwa dinding tersebut masih terlalu tebal, namun di tengah kegalauannya mereka terus mencoba.
Hari ke 5 adalah puncak kesabaran dua pemuda tersebut. Mereka mulai menyerah dan mulai berdebat atas tawaran tentara kerajaan. Sementara pemuda yang lain tetap konsisten dengan upayanya. Dia masih yakin akan usahanya.
Sekarang sudah mencapai hari ketujuh, kondisi emosi yang makin labil dan perdebatan yang makin sengit sudah memenuhi kedua pemuda tersebut.
“Cukup dengan semua ini! Kali ini aku akan menyerahkan diri pada raja! Aku akan mencoba strategiku!”
“Tunggu! Kau kira raja akan begitu saja meminta negoisasimu?! Bisa-bisa kau dipancung ditempat!”
“Aku sudah muak dengan perdebatan ini, sekarang kau pilih mau ikut aku atau menunggu ajalmu disini dengan idealisme konyolmu itu?!”
“ Lebih aku mati disini mempertahankan harga diriku. Kau boleh tetap menemaniku atau memilih kepalamu bergelinding di hadapan masyarakat banyak sesaat setelah kau keluar mulut gua!”
“Dasar keras ke—“
“Teman-Teman! Lihat ini!” teriak pemuda ketiga dengan riangnya yang dari tadi mencoba menghancurkan permukaan dinding gua yang rawan.
Ketiga pemuda tersebut kaget. Mereka melihat seberkas cahaya matahari masuk dari lubang kecil yang dibuat pemuda ketiga. Tanpa perintah, mereka pun mulai bersemangat mencoba menghancurkan dinding tersebut. Lubang tersebut makin membesar dan akhirnya mereka pun berhasil keluartanpa ketahuan pasukan kerajaan.
Indahnya biru langit, cerah dan hangatnya sinar matahari, semilir angin dan desiran rumput yang melegakan hati kembali mereka rasakan. Tubuh mereka serasa bebas, ada suatu kebahagiaan yang mendalam yang mereka rasakan setelah bertahan di gua tersebut selama seminggu.
Kedua pemuda yang semula berdebat sengit pun hanya menangis terharu dari kebebasan ini dan mulai berbaikan kembail, sedangkan pemuda ketiga hanya tersenyum simpul sambil memandang kerajaan.
“Wahai kawan, tanpa usaha dan keyakinanmu, tak mungkin aku bisa merasakan kebebasan yang indah ini. Maafkanlah sikap kami, kalau boleh tahu apa yang membuatmu begitu gigih kawan? Apakah kau begitu benci pada Raja sehingga memberikan kegigihan yang kuat?”
“ Aku mungkin membenci kediktatoran raja. Tapi bukan itu alasan utamaku. Saat aku mempelopori gerakan pemberontakan atau saat aku berusaha mencari jalan keluar di gua tersebut, pikiranku hanya satu. Aku sedang melawan diriku sendiri.”
“Melawan dirimu sendiri? Apa maksudmu kawan?”
“Ya, aku melawan semua pengaruh negatif yang menyerang diriku. Pengaruh negatifuntuk menyerah atas penindasan raja atau untuk memilih jalan pintas seperti memilih menyerah tanpa perlawanan atau bergabung melawan ketidakadilan dengan organisasi ketidakadilan. Bagiku, semua pengaruh negatif tersebut bebas menyerangku, namun keputusan untuk tetap menolaknya atau menerimanya mutlak ada di tangan dan pikiranku.”
Kedua pemuda tersebut tampak malu. Mereka pun kembali bertanya
“ Jadi kau pikir saat kita berhasil menggulingkan raja, kita bisa merdeka?”
“ Saat ini mungkin ya, tapi pengaruh negatif itu terus akan menyerang kita sampai akhir hayat nanti. Siapa tahu, saat kita berhasil menggulingkan raja, kita malah jadi ‘diktator’ selanjutnya?”
“ Ucapan yang hebat kawan. Kami mengakui kesalahan kami. Apa yang membuatmu begitu yakin dalam melawan pengaruh negatifmu itu?”
“ karena Aku yakin Tuhan tidak buta melihat perjuangan hamba-Nya dan dunia ini sudah diatur bahwa orang yang memilih jalan-Nya lah yang akan menang”. (mory)
*
Minggu, 03 April 2011
Tebak Kepribadian Enneagram Kamu
TipePenolong- kahKamu?
Seiring berkembangnya pengetahuan psikologi manusia, maka berbagai ilmu baru pun muncul, salah satunya adalah ilmu analisis kepribadian. Ilmu analisis keperibadian kini menjadi tren karena banyak dibutuhkan oleh organisasi-organisasi yang membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dari segi mentalnya atau individu-individu yang kesulitan dalam menilai kepribadiannya bila dilakukan sendiri. Ilmu analisis kepribadian ini banyak dikemukakan oleh berbagai ahli dengan teori-teorinya sendiri, salah satunya adalah Reene Baron dan Elizabeth Wagele dengan teori Enneagramnya. Menurut Teori Enneagram, kepribadian manusia terbagi menjadi Sembilan macam, yaitu perfeksionis, penolong, pengejar prestasi, romantis, pengamat, loyal, petualang, pejuang, dan pendamai. Masing-masing tipe berbeda dipengaruhi motivasinya sendiri yang memang berbeda-beda.
Nah, untuk kesempatan kali ini, kita akan membahas tipe kepribadian kedua menurut enneagram, yaitu tipe penolong. Tipe ini dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai serta untuk mengekspresikan perasaan postif mereka terhadap orang lain. Tipe dua cenderung bergantung, meski ketergantungan ditemukan pada semua tipe.Tipe dua ingin membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain, serta ingin terlihat menyenangkan, ceria dan penuh perhatian.
Hal-hal positif dari tipe dua | Hal-hal negative dari tipe dua |
- Penyayang - Hangat - Mudah beradaptasi - Murah Hati - Antusias - Penyayang - Penuh perhatian - Menghargai - Pengertian Ekspresi | - Penuh basa-basi - Terlalu penolong - Mengumbar perasaan - Suka mengatur - Posesif - Tidak tulus - Manipulatif - Histeris |
Perlu diketahui bahwa hal-hal positif dan negative dari tipe dua bias muncul tergantung dari kondisi si tipe dua itu, apakah dia sedang stabil atau labil.
Berikut kuis kecil untuk menilai apakah kepribadianmu tipe dua atau bukan.Untuk mengikutinya, cukup menilai apakah setiap pernyataan dibawah benar apa adanya atau tidak. Butuh kejujuran dalam menjawabnya.
1. Saya memiliki kepribadian yang hangat dan ramah.
2. Saya memberikan pujian untuk menenteramkan orang lain dan membiarkan mereka tahu bahwa mereka istimewa bagi saya.
3. Sulit bagi saya untuk meminta apa yang saya butuhkan, atau bahkan sekedar mengetahuinya, jika saya bersama dengan orang lain.
4. Saya menyenangi persetujuan, penghargaan, pengakuan dan pujian.
5. Sulit bagi saya mengeksprepsikan perasaan-perasaan negatif secara frontal terhadap seseorang, tapi saya mengeluhkan hal tersebut pada orang lain.
6. Saya sangat menderita jika dikesampingkan atau dimanfaatkan, dan saya menghukumi sipelaku secara halus atau diam-diam.
7. Lebih nyaman bagi saya untuk member dibandingkan menerima.
8. Orang-orang menyukai antusiasme dan optimism saya.
9. Saya suka menolong orang lain dan sering kali menjadipihak yang pertama kali menawarkan.
10. Saya biasanya menjaga kontak mata dan mendengarkan dengan penuh perhatian dalam percakapan.
11. Saya pernah merasa lelah atau sakit karena mengurus orang lain.
12. Sebagian orang merasa saya terlalu emosional dan dramatis.
13. Kadang saya dimanfaatkan, tapi saya tidak menyadarinya.
14. Jika merasa labil dan rapuh, saya berusaha tidak menunjukannya.
15. Orang lain merasa nyaman mengungkapkan permasalahan mereka kepada saya.
16. Kadang saya merasa sangat kesepian.
17. Saya biasanya tahu apa yang dibutuhkan orang lain dan apa yang mereka rasakan.
18. Saya tahu bagaimana membuat orang menyukai saya.
19. Kadang saya merasa terjebak dan marah terhadap diri sendiri ketika sadar bahwa saya telah mengorbankan kesenangan saya demi kesenangan orang lain.
20. Saya senang merasa dibutuhkan dan membantu orang lain menjadi lebih sukses.
Bila jawabanmu atas pernyataan-pernyataan diatas benar lebih dari 80 %(16pernyataan) maka kamu termasuk tipe dua, Bila persentase jawaban mencapai 60-80% maka kamu ada kecenderungan tipe dua. Perlu diketahui juga, bila kamu sudah termasuk tipe dua maka kamu masih memiliki kecenderungan tipe lain, yaitu tipe satu dan tipe tiga.Namun tetap kepribadian tipe dua-mu yang masih dominan.Tipe dua yang sehat bersikap hangat, murah hati, empati dan penyayang.Mereka memiliki banyak mitra dan teman, tapi tetap mempertahankan kesenangan pribadi mereka dan menghargai diri sendiri.
Sebagai penutup, teori enneagram berpendapat bahwa kepribadian manusia hanya didasarkan motivasi tertentu, namun bagi umat muslim motivasi tidak hanya sebatas penentu kepribadian, tetapi merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan ridha Alloh. Semoga bermanfaat. (Mory)