Minggu, 24 April 2011

Please Identify Yourself, Ryan

.

                Oke, tulisan kali ini akan menggambarkan siapa sebenarnya Ryan Mohammad ini. Karena udah belajar Kapita Selekta Pengembangan  Kepribadian, aku mencoba mengidentifikasi diriku dengan teori psikoanalisa Sigmund Freud. Menurut Bang Freud, kepribadian manusia dibagi jadi tiga bagian, ID, Ego dan Superego. Sederhananya, ID merupakan bentuk kerpibadian yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman masa lalu yang mengutamakan kesenangan pribadi. Superego serupa dengan ID, namun superego terbentuk karena mengutamakan norma-norma lingkungan atau sosial. Ego adalah mediator keduanya karena ego menekankan pada prinsip Realitas.Nah, inilah ID, Superego, dan Egoku :
ID
                Being a Hero mungkin merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan ID ku. Kenapa begitu? Dulu waktu aku kecil, aku orangnya rumahan, jarang keluar rumah maksudnya. Jadi, kalo udah selesai sekolah, ya udah nonton TV berjam-jam. Ada beberapa hal yang membuatku jadi anak rumahan. Pertama orang tua, orang tua selalu membatasi pergaulanku dan juga jam bermainku. Mereka juga selalu memperingatiku untuk lebih hati-hati dalam memilih teman. Bisa dibilang, waktu dulu teman-temanku adalah teman-teman yang udah diseleksi dulu ma ortuku. Menurutku itu wajar, ortuku dulu masih bekerja jadi mereka khawatir karena kurangnya pengawasan dari mereka. Walaupun kupikir ada cara yang lebih baik sih. Kedua adalah pola pikirku yang masih kanak-kanak. Karena aku paling males kalo udah dimarahin ortu soal bermain, aku lebih memilih diam di rumah dan nonton. Nah, yang aku tonton waktu itu film kartun yang heroik-heroik. Aku ga begitu tertarik ama sinetron-sinetron (dulu ada sinteron Tersanjung, sampe 6 season, weeew), entahlah ga pernah nangkep juga maksud ceritanya. Kartun-kartun heroik…Ahh…kalo udah nonton itu rasanya udah di dunia lain. Setiap aku nonton pasti aku ga bisa diem, sering banget aku berpose kayak tokoh utama, bahkan praktek ‘jurus-jurus’ nya pun udah pernah, ampe2 perabotan di rumah jadi korban. Aku ga pernah abis pikir liat karakter tokoh utamanya, menyelamatkan orang, mengorbankan kepentingan dirinya, berbuat baik pada siapa saja dan melupakannya begitu saja, kemudian pergi tanpa mengharapkan apa-apa. Keren Gilak! Selain itu aku juga senang bermain game. Kepuasanku terpenuhi rasanya karena didalam game kau adalah tokoh utamanya dan kau adalah penyelamatnya! You’re the man! Aku bisa menghabiskan berjam-jam hanya untuk menyelesaikan game-game tertentu.
SuperEgo
                Lingkungan sosial di sekitar rumahku biasa aja, maksudnya lingkunganku tidak terlalu menonjolkan suatu kekhasan, atau mungkin aku saja yang jarang keluar dan memperhatikan lingkungan sosial rumahku.  Untuk lingkungan sosial di daerahku, hmm…hedonis mungkin? Yah bukan dalam artian negatif. Lingkungan sosial di daerahku selalu menerapkan norma diselingi canda. Contohnya, kalo kami mengkritik suatu tindakan pelanggaran norma, kami biasanya melemparkan lelucon sarkastis. Hal ini pun berlaku kalo kita mau mengingatkan seseorang  untuk melakukan suatu norma yang berlaku. Kalo kau langsung mengkonfrontir mereka dengan peringatan-peringatan keras, yah kemungkinan besar kau ditinggalkan dan mereka tidak berubah pendirian.  Tapi untuk lingkungan di sekitar kuliah, hmm….idealis lebih cocok kurasa. Yah, mungkin karena sudah mahasiswa yang nantinya bekerja untuk pemerintahan, kurasa wajar, nuansa mahasiswa idealis bakal terlihat disini. Belum lagi peraturan-peraturannya yang ketat. Selain itu suasana agama disini begitu kuat. Mungkin itulah sumber idealis mereka. Debat, Slogan-slogan integritas, peringatan-peringatan keras tanpa ba-bi-bu-be-bo sudah biasa disini. Well, itulah lingkungan-lingkungan sosial yang mempengaruhiku. Kadang untuk memenuhi ID ku, aku tertahan oleh beberapa rambu-rambu yang tertanam di lingkungan sosialku, yang kadang aku juga malas memikirkan rambu-rambu tersebut.
Ego
Yah, inilah sang mediator antara ID dan SupereEgoku. Karena egoku ini aku seringkali bersikap realistis, yah untuk jadi pahlawan di dunia nyata kau ga harus nyari jubah atau pedang pembela kebenaran untuk menumpas musuh-musuhmu seperti di film-film. Terhadap lingkunganku pun kepribadianku biasanya fleksibel, kadang humoris kadang serius kadang pendiem dan laen-laen. Egoku juga sering mengingatkanku untuk jangan terlalu lama ‘ngeden’ di rumah ato di kosan doang. Kadang Id ku udah terpenuhi hanya dengan nonton film atau maen game bagus, ampe-ampe lupa dunia luar lagi ada apa.
Itulah sekelumit tentangku, itu masih gambaran diriku dari pengalaman masa lalu hingga kini. Aku juga melakukan survey kecil tentang diriku dari teman-temanku. Sampelnya 2 teman masa SMA, dan 9 teman masa Kuliah. Yah, aku ambil sampel masa kuliah lebih banyak karena menurutku sampelnya bisa lebih menggambarkan diriku yang sekarang.
Teman SMA :
-          Ryan adalah yang terbaik….
-          Serius, pendiam, rajin, (agak) mesum, nice
-          Jujur. (agak) males, cerdas
Teman Kuliah :
-          Nice, Humoris, Unpredictable, Pendiem, Lucu
-          Ryan itu elemen air, tenang dan bijak
-          Ramah, baik, enak diajak ngobrol
-          Cuek, nekat, tumbal, berani, gigih
-          Semangat, pendiem, kurang humoris, impresif, baik
-          Pendiem
-          Datar, friendly, sabar
-          Polos, lugu, baek, sensitif, terlalu pasrah
-          Alim, pendiem, agak introvert, enak diajak ngobrol, humoris

Jujur aja, aku senyum2 sendiri liat surveynya, ini pertama kalinya aku survey kaya gini dan hasilnya,hmmm….ternyata aku kepribadian yang ‘complicated’ en ga pasti. Hahaha.
Konsep Diri
Yak, ni juga salah satu pembahasan di pelajaran KSPK. Konsep diri idealku ada tiga, yaitu jujur, independen dan solutif. Ini bukan slogan kantor akuntan publik ko. Ini hasil pemikiranku setelah analisis ID, ego dan superegoku. Aku menempatkan jujur di posisi pertama. Simpel aja, sesuatu yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik. Suatu kebaikan kalo ga ada kejujurannya, yah…percuma kayaknya, dan aku sendiri ga puas(secara batiniah) kalo ga ada jujurnya. Independen, hmm…aku paling males kalo tindakanku, apapun itu, dipengaruhi orang. Yah rasanya ga bebas aja. Aku ingin semua yang kebaikan yang kulakukan itu dari pilihanku, baik-buruknya biar aku yang tanggulangi. Egois? Menurutku ini karena pengaruh ID ku yang kepengen berbuat baik ala hero-hero mulu. You can Blame Him. Terakhir solutif. Aku paling males kalo suatu masalah ditanggapi secara NATO (No Action Talk Only). Pembicaraan ato wacana ya seperlunya aja, masalah selesai saat ditindaki dengan cepat dan didasari dengan pembicaraan yang substantif dan solutif.
Yak itulah penjelasan singkat tentang diriku. Sebagai penutup, aku pernah nanyain sekali tentang diriku ke teman hidupku (ceileh...). Maksudnya teman hidup, dia udah kenal aku sejak 15 tahun yang lalu dan aku rasa dia sudah kenal luar dan dalam aku. Saat aku tanya tentang diriku, dia jawab :
“ Kamu itu orang baik. Kamu baik karena sedang nyariin ‘sesuatu’ yang kamu sendiri masih ga paham tentang apa yang kamu cariin itu. Tapi kamu hidup karena itu. Kamu seolah manusia dengan banyak topeng(dalam arti positif), yang bisa mengganti topeng-topengnya dimanapun kamu berada, Cuma untuk mencari ‘sesuatu’ itu. Kadang saat kamu bosan atau lelah ama pencarian kamu, kamu bisa menjadi pribadi yang penuh kebencian terhadap dunia, (bahkan Tuhan, mungkin?) Tapi sekali lagi, kamu emang ga bisa lepas dari pencarian itu. Karena pencarian makna hidup kamu adalah hidupmu. Bila kamu tidak mencarinya, kamu mati, secara psikologis...”
Wuih...sebagai informasi temen hidupku ini mahasiswa psikologi, jadi kalo omongannya agak substantif yah wajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar